INFO
  • KARAS OPEN CUP 2022 DI MULAI PADA TANGGAL 16 SEPTEMBER- 1 OKTOBER 2022 DENGAN PARTAI PEMBUKA PUKUL 19.30 WIB DAN PARTAI OPEN CUP PUKUL 21.00 WIB DI LAPANGAN PERVOKA KARAS SEBELAH TIMUR BALAI DESA KARAS.

SEJARAH DESA KARAS DUKUH MBALOAN DAN DUKUH WATU CELENG

02 Agustus 2021 WAKIDI Dibaca 2.070 Kali

Berawal dari perjalanan Noyo Gimbal atau Noyo Sentiko, tokoh yang terkenal di Kabupaten Rembang. Ketika para wali sedang giat-giatnya menyebarkan agama Islam di pesisir utara pulau Jawa, terlihatlah seorang petapa yang bernama Noyo Gimbal, kegiatan pertapaannya tersebut dimaksudkan untuk mendapat kesaktian dari Tuhan Yang Maha Esa, ia ingin mendapat kesaktian yang bisa mengusir penjajah Belanda pada waktu itu.

Noyo Gimbal sendiri adalah salah seorang prajurit dari Pangeran Diponegoro yang sangat benci kepada penjajah Belanda. Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap oleh penjajah Belanda, para prajuritnya termasuk Noyo Gimbal mengembara kemana-mana. Sedangkan nama Noyo Gimbal sendiri adalah nama julukan dikarenakan rambutnya tidak pernah diurus dan memanjang mulai ia muda hingga ia tua.

Dalam perjalanannya, Noyo Gimbal bersama pengikut-pengikutnya bermaksud mengajak orang-orang untuk melawan penjajah Belanda, berhubung Wedana Sedan yang juga bersekutu dengan Belanda yang berkuasa di tempat itu, maka peperangan antara Noyo Gimbal dengan Wedana Sedan pun terjadi. Disusul kedatangan Belanda yang membawa banyak persenjataan, akhirnya Noyo Gimbal memilih untuk melarikan diri. Dalam pelariannya ia melihat banyak kayu glondong atau balok yang dikumpulkan Belanda menjadi satu untuk dibawa ke suatu tempat, Sehingga tempat itu pun dinamakan “Balokan” kini termasuk wilayah desa Karas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.

Selanjutnya Noyo Gimbal beserta para pengikutnya melanjutkan pelariannya, supaya tidak tertangkap oleh prajurit Belanda yang mengejar mereka, di tengah perjalanan pengikut Noyo Gimbal melihat seekor babi hutan yang menghadang pelarian mereka, dengan cepatnya mereka melapor ke Noyo Gimbal, oleh Noyo Gimbal babi itu di sebut batu karena merupakan penghalang perjalanan mereka yang dalam bahasa Jawa “iku watu dudu Celeng”. Anehnya setelah kata-kata itu terlontar dari mulut Noyo Gimbal, seketika babi itu berubah menjadi batu, hingga sekarang seekor babi hutan yang berubah menjadi batu itu pun masih bisa kita jumpai di Dukuh Watu Celeng ( dibawah jembatan jalan karas pamotan) desa Karas  Kecamatan Sedan.

Masih banyak cerita yang tersimpan di setiap tempat, dan ini termasuk salah satu cerita dari Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang yang dipercaya kebenarannya hingga sekarang masih bisa dilihat wujud atau buktinya.

 

Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun)
Formulir Komentar (Komentar baru terbit setelah disetujui Admin)
CAPTCHA Image
Isikan kode di gambar