Di jauh hari sekitar 150 tahun silam, desa Karas adalah sebuah desa yang sangat rimbun, dan bahkan bisa dikatakan sebagai hutan. Karena saking banyaknya pohon-pohon yang hidup memenuhi ranah Karas di masa itu. Pun Karas adalah salah satu daerah jajahan Belanda yang saat itu berkuasa di Sedan.
Belanda pada saat itu berkuasa di tanah Karas dengan mendirikan suatu pabrik yang saat ini masih berdiri yang berada di Desa Ngandang Kecamatan Sale Kabupaten Rembang yang berada di sebelah selatan desa Karas. Saat itu Belanda mendirikan pabrik peralatan rumah tangga seperti piring, sendok, garpu, mangkuk dan lain-lain. Dulunya alat tersebut hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang berada. Karena peralatan tersebut relatif mahal harganya, hingga tidak terjangkau oleh saku para penduduk sekitar di kala itu.
Di samping hal tersebut, desa Karas dulunya, jika kita telisik dari segi keagamaanya, sungguh sangat kurang. Hampir separuh lebih masyarakat sekitar sama sekali tidak mengenal apa yang namanya Islam. Sehingga masyarakat sangat fanatik sekali, karena belum sampainya dakwah Islam pada masyarakat daerah sekitar Karas. Hingga hanya segelintir orang saja yang pada saat itu beragama Islam. Bahkan, konon ketika seseorang mengumandangkan adzan, saking fanatiknya mereka bilang bahwa suara adzan bagaikan ‘gonggongan anjing’ yang telah mencuat, menggerogoti telinga ucap mereka para penduduk sekitar desa Karas.